Orang Muslim itu takut amalan-amalannya tidak diterima
Salah satu ciri muslim yang berkwalitas adalah muslim yang menempatkan amal dalam skala prioritas sebagai bukti keislamannya. Prioritas dimaksudkan di sini adalah akhir dari pelaksanaan amal di hadapan Allah SWT, diterima (maqbul) ataukah sebaliknya ditolak (mardud)? Agar amalan maksimal dan maqbul, harus dipadukan sifat raja’ (berharap) dan khauf (takut) dengan seimbang.
Tidak boleh terlalu percaya diri bahwa seluruh amalan yang dilakukan akan Allah terima, tapi juga tidak boleh terlalu takut (pesimis) bahwa segala amalan yang dilakukan akan Allah tolak. Tapi menjadi pribadi muslim yang fokus pada kualitas amal seperti sabda Rasul SAW.
Aisyah bertanya kepada rasulullah tentang ayat: ‘ Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut ’ (QS. Al Mu’minun: 60). Apakah mereka ini orang-orang yang minum khamr dan mencuri? Rasulullah menjawab ; “ Tidak wahai Aisyah, tapi mereka adalah orang yang puasa, shalat, bersedekah, tapi mereka takut amalan-amalan mereka tidak diterima. Merekalah orang-orang yang senantiasa bersegera mengerjakan kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi).
Terkait kata takut (wajilah), Hasan al-Bashri dalam Tafsir Ath-Thabari menjelaskan, bahwa seorang mukmin adalah orang yang terkumpul dua hal dalam dirinya: amal terbaik berkualitas dan di sisi lain khawatir amalnya tidak diterima. Sedangkan orang munafik adalah mereka yang terkumpul dua hal pada dirinya, yaitu: buruk amalannya dan merasa aman dari siksa Allah. Lalu Hasan Al-Bashri membaca ayat, “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berhati-hati karena takut akan azab Tuhan mereka (QS. Al-Mu’minuun : 57).